BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
zaman globalisasi arus informasi dari berbagai negara sangat deras, dengan
media cetak dan elektronik yang canggih arus informasi bagaikan gelombang besar
yg susah untuk dibendung. Dampak positif dari arus perkembangan teknologi
antara lain informasi diujung dunia sekalipun dapat diakses, dalam waktu yang
sangat singkat. Hanya dengan memencet tombol, apa yang dikehendaki sudah bisa
dinikmati saat itu juga. ( Winarni, 2003 ).
Sementara
itu , godaan dari media cetak, media visual, dan kurangnya disiplin dalam
keluarga dan sekolah, membuat remaja cenderung melanggar norma-norma kehidupan.
( Warliana,,2001 ). Setiap tahun, 500.000 remaja AS hamil dan 70% di antara
mereka belum pernah menikah. Lebih dari 200.000 wanita di AS punya anak sebelum
usia 18 tahun, sehingga mereka adalah “anak-anak yang punya anak”.(Santrock,
dalam Sarwono,2011). Di kabupaten pati, Jawa tengah, pada tahun 1985.
Penelitian yang menjaring remaja dan pemuda (15-27 tahun) ini telah mengungkapkan
informasi dari 251 responden mengungkapkan bahwa 28,63% mengatakan pernah
berciuman,10,2% saling meraba tubuh, 3,57% saling membuka baju, dan 1,53%
pernah bersenggama.( Sarwono,2011 ). Masa remaja adalah masa pencarian jati
diri, pada masa ini remaja selalu ingin coba-coba dan selau ingin tahu. Pada
masa remaja alat dan fungsi reproduksi sudah matang dengan sempurna yang
ditanda dengan timbulnya tanda seks primer seperti haid pada perempuan dan
mimpi basah pada laki-laki, serta seks sekunder seperti pada perempuan
tumbuhnya rambut pubis, rambut ketiak, suara makin merdu, payudara dan panggul membesar. Tanda seks sekunder pada laki-laki
seperti tumbuhnya rambut pubis dan ketiak, kumis, dada makin bidang,dan suara
makin besar. Pada masa ini juga terjadi perubahan-peruban hormon yang
mengakibatkan dorongan seksual pada remaja sangat besar.
Hasil
penelitian terdahulu diantaranya yang dilakukan oleh Gusti Ayu Tirtawati ( 2005
), Dari 55 responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu (33 orang,
60%), laki-laki ( 22 orang, 40% ). Mendapatkan hasil bahwa sumber informasi
yang terbanyak diperoleh melalui televisi 98%, guru 96% dan dari teman 91%.
Yang menerima informasi dari petugas KB 16%, dari petugas kesehatan 16%.
Dinkes (2010), menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar memperoleh hasil bahwa dari keseluruhan remaja
dengan setatus belum kawin, pada laki-laki 3,0% dan perempuan 1;1% menjawab
pernah berhubungan seksual. Lebih lanjut dapat diketahui pula bahwa umur
pertama berhubungan seksual sudah terjadi pada usia yang sangat muda, yaitu 8
tahun. Terdapat 0,5 % perempuan telah melakukan hubungan seksual pertama kali
pada usia 8 tahun. Eva Maria Parsaulian Manik (2004) dari 76 responden terdapat
6 responden ( 5,30%) yang telah melakukan hubungan seksual. Sedangkan tempat
pertama kali melakukan hubungan seksual di rumah sendiri 1 orang ( 1,30%),
dirumah teman 1 orang ( 1,30%) dan di hotel sebanyak 2 orang (2,60%). Pasangan
yang pertamakali melakukan hubungan seksual dengan pacar satu orang ( 1,30%)
dan tiga orang (3,90%) dengan wanita pekerja seksual.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
Uraian latar belakang di atas makapermasalah yang akan diangkat dalam
penelitian ini adalah :
“ Apakah ada hubungan
antara sumber informasi dengan sikap remaja tentang seks pranikah?”
C.
Tujuan Penelitian
a.
Tujuan
umum
Untuk
mengetahui hubungan antara sumber informasi dengan sikap remaja tentang seks
pranikah.
b.
Tujun
Khusus
§ Untuk
mengetahui hubungan antara sumber informasi
§ Untuk
mengetahui sikap remaja tentang seks pranikah
c.
Manfaat
Penelitian
1.
Informasi bagi Dinas
Pendidikan Nasional untuk memasukkan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum
sekolah menengah pertama sampai sekolah menengah atas.
2.
Bagi peneliti sebagai
tambahan pengetahuan dan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian tentang
kesehatan reproduksi selanjutnya.
3.
Bagi tenaga kesehatan
sebagai masukan agar mensosialisasikan kesehatan reproduksi bagi remaja.
4.
Bagi instansi
pendidikan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemberian informasi
kesehatan reproduksi bagi siswanya.
d.
Keaslian
Penelitian
Beberapa peneliti telah banyak meneliti
tentang kesehatan reproduksi, tapi sejauh pengetahuan penulis belum ada yang
meneliti tentang hubungan antara informasi dengan sikap remaja terhadap seks pranikah.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh:
1. Winarni
(2003) di Yogyakarta mengenai, Hubungan sumber-sumber informasi dengan
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMU Negeri 1 Jetis Bantul.
Peneliti hanya ingin
mengetahui dari mana sumber informasi kesehatan reproduksi yang diterima oleh
remaja. Bedanya, penelitian ini untuk melihat hubungan informasi dengan sikap
remaja tentang seks pranikah.
2. Nasrawati
( 2003) di Yogyakarta mengenai Hubungan Antara Cara memperoleh Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Kecemasan Pubertas. Peneliti ingin
mengetahui cara para remaja memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi.
3. Wa
Ode Sitti Zulaeha (2004), di Yogyakarta mengenai, Persepsi Siswa Kelas II Tahun
Ajaran 2004/2005 SMAN 8 Yogyakarta Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Jenis
penelitian deskriptif dan analitik.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
A.
TINJAUAN TEORI
A.
INFORMASI
Pengertian informasi
sangat beragam, hampir semua kamus memberikan definisi yang berbeda tentang
informasi. (Gusti Ayu Tirtawati,2005). Menurut Oxford English Dictionary (
dalam Mardiani Bebasari,2004) memberi definisi informasi sebagai sesuatu yang
dapat diberitahukan atau diceritakan ( That of which is apprised of told)’
keterangan ( insoleegence), dan berita ( News ). Ada juga yang lebih menekankan
aspek pengalihan pengetahuan ( knowledge transfer) dalam informasi. Informasi
merupakan suatu pengertian yang diekspresikan melalui ungkapan mengenai
kejadian, kenyataan, atau gagasan, dengan menggunakan lambang-lambang yang telah
diketahui dan disepakati bersama, yaitu menyangkut angka,suara,tulisan dan
gambar. ( Gusti Ayu Tirtawati, 2005 ).
Peendidikan seks harus dipandang sebagai suatu proses
pengalihan nilai-nilai tentang seks yang didapat anak sebagai bimbingan,
teladan dan kepedulian orang tua dan pendidik dalam membantu anak dalam
membangun sikap batin yang sesuai dengan kodrat manisia, tidak hanya akal budi
tetapi juga nurani. Pendidikan seks juga mempunyai fungsi memberikan landasan
dalam membangun suatu hubungan yang objektif dan wajar antara anak dengan
tubuhnya ( Rahmawati dalam Mardiani Bebasari, 2004).
Hasil penelitian Gusti Ayu Tirtawati ( 2005 ) informasi
kesehatan reproduksi para remaja di sebuah SMU Bali, mereka dapatkan dari media
elektronik ( televisi), lingkungan rumah ( orang tua ), petugas kesehatan,
petugas KB, guru dan teman.
B.
SIKAP
Sikap
merupakan reaksi yang masih tertutup tidak dapat dilihat secara langsung
sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dari prilaku yang tampak ( Notoatmodjo
dalam Warliana, 2001). Menurut Azwar ( dalam Yulhareni,2004), Sikap adalah
suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu
objek adalah perasaan mendukung atau memihak ( fauorable ) maupun tidak
mendukung atau tidak memihak ( unfauorable ) pada objek tersebut.
C.
REMAJA
Masa
remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang
meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. ( Gunarsa dalam Eny Kusmiran, 2011 ). Secara etimiologi, remaja berarti
“tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara
15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Services
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21
tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja
menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian
disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24
tahun.
Definisi remaja sendiri dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
1. Secara
kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21
tahun;
2. Secara
fisik, remaja ditandai oleh ciri pertumbuhan pada penampilan fisik dan fungsi
fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;
3. Secara
psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan
dalam aspek kognitif, emosi,sosial, dan moral, di antara anak-anak menuju masa
dewasa. ( Eny Kusmiran,2011)
CIRI-CIRI KEJIWAAN DAN
PSIKOSOSIAL REMAJA
v Usia Remaja Muda (12-15 tahun)
1. Sikap
protes terhadap orang tua.
Remaja pada usia ini
cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup orang tuanya, sehingga sering
menunjukkan sikap protes terhadap orang tua. Mereka berusaha mencari identitas
diri dan sering kali disertai dengan menjauhkan diri dari orang tuanya. Dalam
upaya pencarian identitas diri, remaja cenderung melihat kepada tokoh-tokoh di
luar lingkungan keluarganya, yaitu: guru, figur ideal yang terdapat di film,
atau tokoh idola.
2. Preokupasi
dengan badan sendiri.
Tubuh seorang remaja
pada usia ini mengalami perubahan yang cepat sekali. Perubahan-perubahan ini
menjadi perhatian khusus bagi diri remaja.
3. Kesetiakawanan
dengan kelompok seusia.
Para remaja pada
kelompok umur ini merasakan keterikatan dan kebersamaan dengan kelompok seusia
dalam upaya mencari kelompok senasib. Hal ini tercermin dalam cara berprilaku
sosial.
4. Kemampuan
untuk berfikir secara abstrak.
Daya kemampuan berfikir
seorang remaja mulai berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk
mempertajam kepercayaan diri.
5. Prilaku
yang labi dan berubah-ubah.
Remaja sering
menperlihatkan prilaku yang berubah-ubah. Pada suatu waktu tampak bertanggung
jawab, tatapi dalam waktu lain tampak masa bodoh dan todak bertanggung jawab.
Remaja merasa cemas akan perubahan dalam dirinya. Prilaku demikian menunjukkan
bahwa dalam diri remaja terdapat konflik yang memerlukan pengertian dan
penanganan yang bijaksana.
v Usia
Remaja Penuh (16-19 tahun)
1. Kebebasan
dari arang tua.
Dorongan untuk
menjauhkan diri dari orang tua menjadi realitas. Remaja mulai merassakan
kebebasan, tetapi juga merasa kurang menyenangkan. Pada diri remaja timbul
kebutuhan untuk terikat dengan orang lain melalui ikatan cinta yang stabil.
2. Ikatan
terhadap pekerjaan atau tugas.
Sering kali remaja
menunjukkan minat pada suatu tugas tertentu yang ditekuni secara mendalam.
Terjadi pengembangan akan cita-cita masa depan yaitu mulai memikirkan
melanjutkan sekolah atau langsung bekerja untuk mencari nafkah.
3. Pengembangan
nilai moral dan etis yang mantap.
Remaja mulai menyusun
nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan cita-cita.
4. Pengembangan
hubungan pribadi yang labil.
Adanya tokoh panutan
atau hubungan cinta yang stabil menyebabkan terbentuknya kesetabilandiri
remaja.
5. Penghargaan
kembali pada orangtua dalam kedudukan yang sejajar. (Arifin dalam Eny
Kusmiran,2011).
PERKEMBANGAN FISIK REMAJA
(Muss,1968) membuat urutan
perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut:
Pada
Anak Perempuan:
1. Pertumbuhan
tulang-tulang (badan menjadi tingnggi, anggota-anggota badan menjadi panjang)
2. Pertumbuhan
payudara
3. Tumbuh
bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan
4. Mencapai
pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya
5. Bulu
kemaluan menjadi keriting
6. Haid
7. Tumbuh
bulu-bulu ketiak.
Pada
Anak Laki-Laki:
1. Pertumbuhan
tulang-tulang
2. Testis
membesar
3. Tumbuh
bulu kemaluan yang halus, lurus, berwarna gelap
4. Awal
perubahan suara
5. Ejakulasi
(keluar air mani)
6. Bulu
kemaluan menjadi keriting
7. Pertumbuhan
tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya
8. Tumbuh
rambut-rambut halus diwajah ( kumis, jenggot )
9. Tumbuh
bulu ketiak
10. Akhir
perubahan suara
11. Rambut-rambut
di wajah bertambah tebal dan gelap
12. Tumbuh
bulu di dada
HORMON-HORMON SEKSUAL
Kelenjar yang berkaitan dengan
pertumbuhan tubuh dan seks adalah kelenjar pituitary (kelenjar bawah otak),
buah zakar (testis) pada laki-laki, dan indung telur (ovarium) pada wanita.
1. Kelenjar
Bawah Otak (Pituitary)
Kelenjar ini sangat
kecil dan terletak disebelah rongga di bawah otak. Karena itulah kelenjar
pitutary dinamakan kelenjar bawah otak.
Kelenjar bawah otak ini
penting sekali karena hormon-hormon yang dikeluarkannya memengaruhi
kelenjar-kelenjarlain dalam tubuh. Karena itu kelenjar ini dinamakan juga
kelenjar induk. Beberapa di antara hormon-hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
bawah otak berpengaruh pada seksualitas, yaitu:
a. Hormon
pertumbuhan yang memengaruhi pertumbuhan badan terutama pada masa remaja.
Hormon ini merangsang tulang-tulang panjang ( tulang-tulang tangan dan kaki )
sehingga tulang-tulang itu bertambah panjang dan anak yang bersangkutan
bertambah tinggi. Pertumbuhan ini akan mencapai tingkat yang maksimal pada usia
kurang lebih 18 tahun dan sejak itu seseorang tidak akan bertambah tinggi lagi.
Kelainan pada hormon ini dapat membuat orang menjadi terlalu pendek atau
terlalu jangkung.
b. Hormon
perangsang pada pria, yaitu hormon yang memengaruhi testis (buah zakar). Pada
remaja, hormon perangsang pria ini merangsang testis sehingga testis
memproduksi hormon testosteron dan androgen serta sel-sel benih laki-laki
(spermatozoa)
c. Hormon
pengendali pada wanita yang memengaruhi indung telur (ovarium) untuk
memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon-hormon estrogen dan progesteron.
Dalam keadaan hamil, hormon pengendali wanita ini yang juga berfungsi untuk
mengatur haid menjadi berlebihan (karena wanita yang bersangkutan tidak haid)
dan dibuang ke dalam air seni. Karena itulah adanya kehamilan dapat diketahui
melalui pemeriksaan air seni. Perrlu diketahui juga bahwa kelenjar bawah otak
ini terletak dekat sekali dengan pusat berpikir pada otak, sehingga kalau orang
sedang banyak pikiran atau sedang mengalami tekanan emosi yang berrat, hormon
wanita yang diproduksi juga akan terpengaruh. Itulah sebabnya haid
kadang-kadang terganggu atau terlambat jika seorang wanita sedang banyak
pikiran atau sedang terganggu emosinya.
d. Hormon
air susu yang memengaruhi kelenjar susu wanita di masa wanita itu
sedangmenyusui banyinya.
2. Testis
Testis atau buah zakar ada dua buah, terletak dalam sebuah kantung
(scorotum) yang tergantung di bawah penis (batang kemaluan). Testis
memproduksi:
a.
Hormon androgen dan
testosteron yang sejak remaja menyebabkan tumbuhnya tanda-tanda kelaki-lakian
pada orang yang bersangkutan, seperti kumis, jenggot, jakun, otot yang kuat,
suara yang berat, bulu kemaluan, ketiak, dan sebagainya. Testosteron juga
menyebabkan timbulnya birahi ( nafsu seks, libido). Hormon androgen dibuat juga
oleh kelenjar adrenal. Pada wanita, hormon tetosteron dibuat juga dalam jumlah
yang jauh lebih kecil oleh indung telur sehingga wanita juga mempunyai birahi.
b.
Benih laki-laki
(spermatozoa). Sejak remaja spermatozoa ini diproduksi beratus-ratus juta
setiap harinya, sampai orang yang bersangkutan berusia lanjut (kadang-kadang
sampai usia 60-70 tahun). Benih-benih inilah, yang jika bertemu dengan telur
(ovum) dalam rahim wanita, akan membuahi telur itu sehingga terjadi kehamilan.
3. Indung
Telur ( Ovarium )
Indung telur terletak di dalam rongga
perut wanita di bagian bawah, di dekat rahim (uterus). Indung telur
memproduksi:
a. Hormon
progesteron, bertugas untuk mematangkan dan mempersiapkan sel telurs (ovum)
sehingga siap untuk dibuahi. Jika sel telur telah dibuahi, progesteron ini
pulalah yang mengembangkannya lebih lanjut menjadi janin.
b. Hormon
estrogen, yaitu yang memengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh
seseorang (payudara membesar, pinggul membesar, suara halus, dan lain-lain).
Hormon ini juga mengatur daur/siklus haid. Hormon ini diproduksi antara usia
awal –remaja sampai usia berhentinya haid ( lebih kurang 45 tahun ).
c. Sel
telur, sudah terkandung dalam jumlah banyak di dalam indung telur, tetapi
dimatangkan satu per satu sejak anak masuk usia remaja. Pada suatu waktu
tertentu (biasanya setiap 28 hari sekali) sel telur yang sudah matang dilepas
dari indung telur dan ditangkap oleh saluran telur untuk selanjutnya dibuahi
oleh spermatozoa atau dikeluarkan bersama-sama haid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar