Rabu, 02 Juli 2014

HIPEREMESIS GRAVIDARUM 

 




    Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil. Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada awal kehamilan antara umur kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan kematian ibu dan janin. Prevalensi hiperemesis gravidarum antara 1-3 % atau 5-20 kasus per 1000 kehamilan (Simpson et.al, 2001).

Pengertian Hiperemesis Gravidarum

    Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan trimester pertama (Varney,2006).

  Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil hingga mengganggu aktivitas. Batasan mual dikatakan lebih dari 10 kali muntah dengan penurunan keadaan umum ibu.
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah pada ibu hamil trimester pertama yang terjadi setiap saat (Wiknjosastro,2007).

Penyebab Hiperemesis Gravidarum

  Penyebab hiperemesis gravidarum belum pasti, diduga karena:
- faktor hormonal, 
-neurologis, 
-metabolik, 
-riwayat kehamilan mola dan kembar.

Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

  Peningkatan kadar esterogen dapat menyebabkan mual pada trimester pertama. Apabila mual muntah terjadi terus menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat, dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Sehingga oksidasi lemak tidak sempurna, dan terjadi ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida dan aseton darah.
Mual dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Dehidrasi juga menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang.
Selain terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, terjadi pula robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma molarry-weiss) yang berakibat perdarahan gastrointestinal (Mansjoer,2000).

Tingkatan dan Gejala Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum terbagi menjadi tiga (3) tingkatan, yaitu
  1. Hiperemesis gravidarum tingkat I
  2. Hiperemesis gravidarum tingkat II
  3. Hiperemesis gravidarum tingkat III

Hiperemesis gravidarum tingkat I

Hiperemesis gravidarum tingkat I mempunyai gejala seperti: lemah, nafsu makan menurun; berat badan menurun; nyeri epigastrium; penurunan tekanan darah sistolik; lidah kering; turgor kulit kurang; dan mata cekung.

Hiperemesis gravidarum tingkat II

Hiperemesis gravidarum tingkat II mempunyai gejala seperti: mual muntah hebat; keadaan umum lemah; apatis; nadi cepat dan kecil; lidah kering dan kotor; suhu badan meningkat (dehidrasi); mata cekung dan ikterik ringan; oliguria dan konstipasi; nafas bau aseton dan aseton dalam urin.

Hiperemesis gravidarum tingkat III

   Hiperemesis gravidarum tingkat III mempunyai gejala seperti: keadaan umum jelek; mual muntah berhenti; kesadaran menurun (somnolen hingga koma); nadi kecil, cepat dan halus; suhu badan meningkat; dehidrasi hebat; tekanan darah turun sekali; ikterus dan terjadi komplikasi fatal ensefalopati Wernicke (nistagmus, diplopia, perubahan mental).

Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

  Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan pada organ tubuh, diantaranya kelainan organ hepar, jantung, otak dan ginjal. Adapun kelainan organ pada hepar menyebabkan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis; pada jantung menyebabkan jantung atrofi, kecil dan biasa; pada otak menyebabkan perdarahan bercak dan pada ginjal menyebabkan pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontroli.

Penanganan Hiperemesis Gravidarum

  1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang kehamilan muda yang disertai dengan emesis gravidarum;
  2. Anjurkan ibu hamil tidak segera bangun dari tempat tidur agar terjadi adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat;
  3. Nasehatkan tentang diit ibu hamil: makan porsi sedikit tapi sering, menghindari makanan yang merangsang muntah;
  4. Pemberian obat-obatan ringan seperti: sedatif, vitamin, anti emetik, anti histamin;
  5. Dukungan psikologis berupa: menghilangkan rasa takut, mengurangi pekerjaan, menghilangkan masalah dan konflik;
  6. Perawatan di rumah sakit meliputi: isolasi sampai mual muntah berkurang; penambahan cairan (glukosa 5% 2-3 liter dalam 24 jam, pemberian kalium dan vitamin apabila diperlukan); terminasi kehamilan apabila kondisi memburuk.
  7. Pemeriksaan laboratorium berupa: analisis urun, kultur urin; darah rutin; fungsi hati (SGOT, SGPT, alkaline fostase); pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH); Na, Cl, K, glukosa, kreatinin, asam urat; serta USG untuk menghindari kehamilan mola.

Referensi

Ayu, Ida. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC. Hlm 41-53.
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 39-40.
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 195-197.
Anonim. 2006. Hyperemesis Gravidarum. americanpregnancy.org/pregnancyhealth/hyperemesisgravidarum.html Diunduh 2 Desember 2012, Pukul 22.20 WIB.
Meti, 2010. Asuhan Keperawatan pada Ny. W dengan Hiperemesis Gravidarum di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. meti-de0rentz.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-pada-ny-w-dengan.html Diunduh 2 Desember 2012, Pukul 22.17 WIB.
Rahmawati, Nur. 2012. Makalah Journal Reading. Hiperemesis Gravidarum mhs.blog.ui.ac.id/aryanti.wardiyah/wp-content/blogs.dir/14235/files/2012/03/Stigma-pada-Hiperemesis-Gravidarum.pdf  Diunduh 2 Desember 2012, Pukul 20.47 WIB.
Image, rightatrium.tumblr.com.

Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum by Aprisal Darwis | 2/27/2014 A. Pengertian Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. (Wikinjosastro Hanifah, 2002) Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena dehidrasi. (Rustam Mochtar,1998) Mual (nausea) dan muntah(emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada trisemester I.Nausea dan muntah terjadi pada 60% sampai 80% wanita hamil.Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormone estrogen dan HCG dalam serum.Pengaruh fisiologik kenaikan hormone ini belum jelas, mungkin karena system saraf pusat atau pengosongan lambung yang kurang.Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umumnya menjadi buruk.Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.1 sampai 200 atau 1 sampai 300 membutuhkan terapi hidrasi parental.. B. Etiologi Penyebab hiperemesis grafidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan karena toksik,juga tidak ditemukan kelainan secara kimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan sumsum saraf, disebabkan oleh kekurangan vitaminserta zat-zat lainakibat inanisi. Beberapa faktor predisposisidan faktor lain yang telah ditemukanoleh beberapa penulis sebagai berikut: Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigrafida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa fakor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. zat Fe: efek samping Fe bisa menyebabkan mual atau muntah. (Wikinjosastro Hanifah, 2002) C. Patofisiologi Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogrn, yang terjadi pada trimester pertama.hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal mungkin berasaldari sistm saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pad hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka maka dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. Hiepremesis gravidarum ini dapat mengakibatkan dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidrosi butirik dan aseton dalam darah.Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.Natrium dan khorida darah turun, demikian pula khorida air kemih.Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.Hal ini menyebabkan jumah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolic yang toksik.Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak,dapat merusak hati dan terjadinya lingkaran setan yang sulit dipatahkan.Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung(sindrom Mallory-Weiss)dengan akibat perdarahan GI.Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.Jarang sampai diperlukan transfuse atau tindakan operatif. D. Manifestasi Klinis Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkat: Tingkatan I : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita Ibu merasa lemah, Nafsu makan tidak ada, Berat badan menurun dan Merasa nyeri pada epigastrium Nadi meningkat sekitar 100 permenit, Tekanan darah sistolik menurun, Turgor kulit mengurang, Lidah mengering Mata cekung. Tingkatan II : Penderita tampak lebih lemah dan apatis, Turgor kulit lebih mengurang, Lidah mengering dan tampak kotor, Nadi kecil dan cepat, Suhu kadang-kadang naik Mata sedikit ikterus. Berat badan turun Mata menjadi cekung, Tensi turun, Hemokonsentrasi, Oliguria Konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah , muntah berhenti, Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, Nadi kecil dan cepat; Suhu meningkat Tensi menurun. Komplikasi terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati. Wernicke, dengan gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. (Wikinjosastro Hanifah, 2002) E. Pengeluaran Cairan Tubuh Harian Pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (insensible fluid loss). Variasi asupan cairan harus hati-hati disesuaikan dengan pengeluaran cairan harian. Beberapa pengeluaran cairan tidak dapat diatur dengan tepat. Sebagai contoh, ada pengeluaran cairan yang berlangsung terus menerus melalui evaporasi dari traktus respiratorius dan difusi melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan cairan sekitar 700 ml/hari pada keadaan normal. Hal ini lah yang disebut insibie water loss karena kita tidak menyadarinya, walupun terjadi terus menerus pada mahluk hidup. Asupan dan pengeluaran cairan harian (dalam ml/hari) Normal Asupan Cairan dari makanan Dari metabolisme Asupan total 2100 200 2300 Keluaran Insensible kulit Insensible paru Keringat Feses Urin 350 350 100 100 1400 Total pengeluaran 2300 Kehilangan cairan lewat keringat. Jumlah cairan yang hilang melalui keringat sangat bervariasi, bergantung pada aktivitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal hanya sekitar 100 ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat, kehilangan cairan kadang-kadang meningkat sampai 1-2 L/jam. Hal ini akan dengan cepat mengurangi volume cairan tubuh jika asupan tidak ditingkatkan. Kehilangan cairan lewat feses. Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada penderita diare. Kehilangan cairan lewat ginjal. Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam urin yang diekskresikan lewat ginjal. Ada mekanisme multiple yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin. Cara paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran cairan seperti juga keseimbangan antara asupan dan keluaran hamper semua elektrolit dalam tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresikan zat-zat ini. F. Penatalaksanaan 1. Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukesi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan factor psikis, rasa takut juga tentang diet ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering, jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi,karena akan terasa goyang, mual/ muntah. Defekasi hendaknya diusahakan teratur. 2. Terapi obat menggunakan sedative (luminal, stesolid); vitamin (B1 dan B2) anti muntah (mediamer B6, drammamin, avomin, torecan), antasida dan anti mulas. Farmakologi: Factor pemberian: B1: mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot dan jaringan GI, meningkatkan pertumbukan dan perbaikan sel. B6: membantu dalam sintesa lemak, dalam pembentukan sel darah merah. B12: mengatur sintesa SDM dan mengatur perkembangan sel-sel saraf fetus. 3. hiperemesis gravidarum tingkat I dan III haris rawat inap di RS. o Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di RS saja telah banyak mengurangi mual muntahnya. o Isolasi: jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk, kadang kala hal ini saja tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual muntah. o Terapi psikologik: berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal tang wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir, cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosial ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan. o Penambahan cairan.Berikan infuse dekstrosa atau glukosa 5% sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam. o Berikan obat-obatan seperti telah dikemukakan diatas o Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu aboertus buatan. G. Komplikasi Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai esenfalopati warnickle dan gejala nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. Referensi Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta ; EGC Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Jakarta ; EGC Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta ; EGC Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta ; EGC Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta ; Arcan Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Read more: http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-hiperemesis-gravidarum.html#ixzz36IOjx22c

Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-hiperemesis-gravidarum.html
Thanks for Your visit
Konsep Dasar Persalinan by Aprisal Darwis | 2/17/2014 A. Pengertian Persalinan Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir. (Moore, 2001) Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. (Prawirohardjo, 2002) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2002) Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). B. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan Penurunan Kadar Progesteron progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan atau 1-2 minggu sebelum partus terjadi penurunan pada progesteron sehingga timbul his. Teori Oxytocin Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. Keregangan Otot-Otot Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. Pengaruh Janin Hypofise dan kelenjar supra renal janin rupa-rupanya juga memegang peranan, oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa Teori Prostaglandin Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 sampai aterm terus meningkat. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan. C. Tahap Persalinan a. Kala I Didefinisikan sebagai permulaan persalinan yang sebenarnya. Dibuktikan dengan perubahan serviks yang cepat dan diakhiri dengan dilatasi serviks yang komplit (10 cm), hal ini dikenal juga sebagai tahap dilatasi serviks. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. 1. Fase laten Dimulai dari puncak kontraksi yang regular sampai 3 cm dilatasi. Kontraksi terjadi setiap 10-20 menit dan berakhir 15-20 detik. Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, berlangsung dalam 7 -8 jam 2. Fase aktif Berlangsung mulai dari kemajuan aktif sampai dilatasi lengkap terjadi. Secara umum dari pembukaan 4 cm (akhir dari fase laten) sampai 10 cm atau dilatasi akhir kala I dan berlangsung selama 6 jam. Fase aktif dibagi kedalam 3 fase : a. Akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm b. Dilatasi maksimal/kemajuan maksimal : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm c. Deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 sampai 10 cm atau lengkap b. Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit, dan multigravida 30 menit Gejala utama kala II : 1. His terkoordinir, kuat, cepat (2-3 menit sekali) 2. Kepala janin di dasar panggul 3. Merasa mau BAB 4. Anus membuka 5. Vulva membuka 6. Perineum menonjol 7. PD pembukaan lengkap c. Kala III Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta yaitu : 1. Semburan darah 2. Pemanjangan tali pusat 3. Perubahan bentuk uterus : dari diksoid menjadi bentuk bundar (globular) 4. Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik di dalam abdomen. d. Kala IV Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum. D. Tujuan Asuhan Persalinan Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Banyak penyulit atau komplikasi yang mengakibatkan kematian ibu dan bayi dapat dihindarkan jika persalinan dikelola dengan baik. Semua kelahiran harus selalu dihadiri oleh petugas yang terlatih serta kompeten dengan secara cepat mendiagnosa dan menangani penyulit. Pendekatan komprehensif merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan persalinan dan bayi baru lahir. Lima benang merah dalam asuhan persalinan : 1. Membuat keputusan klinik Pengumpulan data Diagnosis kerja Penatalaksanaan klinik Evaluasi hasil implementasi tatalaksana 2. Asuhan sayang ibu dan bayi Persalinan merupakan peristiwa alami Sebagian besar persalinan umumnya akan berlangsung normal Pertolongan memfasilitasi proses persalinan Tidak asing, bersahabat, rasa saling percaya, tahu dan siap membantu kebutuhan klien, memberi dukungan moril, dan kerjasama semua pihak (penolong-klien-keluar) 3. Pencegahan infeksi Kewaspadaan standar Mencegah terjadinya dan transmisi penyakit Proses pencegahan infeksi instrumen dan aplikasinya dalam pelayanan Barier protektif Budaya bersih dan lingkungan yang aman 4. Rekam medik (Dokumentasi) Kelengkapan status klien Anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan uji atau penapisan tambahan lainnya Partograf sebagai instrumen membuat keputusan dan dokumentasi klien Kesesuaian kondisi klien dan prosedur klinik terpilih Upaya dan tatalaksana rujukan yang diperlukan 5. Sistem rujukan efektif Alasan keperluan rujukan Jenis rujukan (darurat atau optimal) Tatalaksana rujukan Upaya yang dilakukan selama merujuk Jaringan pelayanan dan pendidikan Menggunakan sistem umum dan sistem internal rujukan kesehatan Sebagai bidan, klien akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan yang kita lakukan untuk : Mendukung ibu dan keluarganya secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran Membuat diagnosa, menangani komplikasi-komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini selama persalinan dan kelahiran Merujuk ibu untuk mendapatkan asuhan spesialis jika perlu Memberikan asuhan yang akurat kepada ibu, dengan intervensi minimal, sesuai dengan tahap persalinannya Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi yang aman Selalu memberitahukan pada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan, adanya penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan dalam persalinan Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir Membantu ibu dengan pemberian asi dini E. Tanda-tanda Persalinan a. Tanda Persalinan Sudah Dekat 1. Adanya Lightening Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul. Gambaran Lightening pada primigravida menunjukkan hubungan antara ketiga P, yaitu ; power (kekuatan his), passage (jalan lahir normal), passanger (janinnya dan plasenta). 2. Terjadinya his permulaan (his palsu) Sifat his permulaan (his palsu) : a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah b. Datangnya tidak teratur c. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda d. Durasinya pendek e. Tidak bertambah bila beraktifitas b. Tanda Persalinan 1. Penipisan dan pembukaan serviks ( Effacement dan Dilatasi serviks ) Effacement serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap pertama persalinan. Serviks yang dalam kondisi normal memiliki panjang 2 sampai 3 cm dan tebal sekitar 1 cm, terangkat ke atas karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus selama penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir persalinan. Hal ini menyebabkan bagian ujung serviks yang tipis saja yang dapat diraba setelah effacement lengkap. Pada kehamilan aterm pertama, effacement biasanya terjadi lebih dahulu dari pada dilatasi.. Pada kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cenderung bersamaan. Tingkat effacement dinyatakan dalam persentase dari 0% sampai 100%. Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran muara dan saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat dari sekitar 1 cm sampai dilatasi lengkap (sekitar 10 cm) supaya janin aterm dapat dilahirkan. Apabila dilatasi serviks lengkap, serviks tidak lagi dapat di raba. Dilatasi serviks lengkap menandai akhir tahap pertama persalinan 2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit) Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter, yang disebut kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Kekuatan primer membuat serviks menipis, berdilatasi dan janin turun. Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakin bersifat mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina 3. Keluarnya lendir bercampur darah (Show) melalui vagina. Sumbatan mukus, yang di buat oleh sekresi servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan, berperan sebagai barrier protektif dan menutup kanal servikal pada awal kehamilan. Blood show adalah pengeluaran dari mukus plug tersebut. Blood show merupakan tanda dari persalinan yang sudah dekat, yang biasanya terjadi dalam jangka waktu 24-48 jam terakhir, asalkan belum dilakukan pemeriksaan vaginal dalam 48 jam sebelumnya karena pemecahan mukus darah selama waktu tersebut mungkin hanya efek trauma minor atau pecahnya mukus plug selama pemeriksaan. Normalnya, darah yang keluar hanya beberapa tetes, perdarahan yang lebih banyak menunjukan penyebab yang abnormal. Referensi Departemen Kesehatan RI, (2007), Asuhan Persalinan Normal Benett, V.R. (1996). Myles textbook for midwives 12th edition. United Kingdom : Churchill Livingstone, 1996 Farrer, Helen, (1999), Perawatan maternitas, Jakarta: EGC Manuaba, Ida bagus Gde, (1998), Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC Mochtar, Rustam, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi 2, Jakarta : EGC Moore, Hacker, (2001), Esensial Obstetri & Ginekologi, Jakarta : Hipokrates. Prawirohardjo, Sarwono, (2002), Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP Saifuddin,dkk, (2001), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal, Jakarta : JNPKKR Sastrawinata, Sulaiman, Prof, (1983), Obstetri Fisiologi, Bandung: FK UNP Read more: http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-persalinan.html#ixzz36IOZsuiE

Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-persalinan.html
Thanks for Your visit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar