HIPEREMESIS GRAVIDARUM
| |
Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil. Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada awal kehamilan antara umur kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan kematian ibu dan janin. Prevalensi hiperemesis gravidarum antara 1-3 % atau 5-20 kasus per 1000 kehamilan (Simpson et.al, 2001).
Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan trimester pertama (Varney,2006).Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil hingga mengganggu aktivitas. Batasan mual dikatakan lebih dari 10 kali muntah dengan penurunan keadaan umum ibu.
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah pada ibu hamil trimester pertama yang terjadi setiap saat (Wiknjosastro,2007).
Penyebab Hiperemesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum pasti, diduga karena:
- faktor hormonal,
-neurologis,
-metabolik,
- keracunan,
-riwayat kehamilan mola dan kembar.
Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
Peningkatan kadar esterogen dapat menyebabkan mual pada trimester pertama. Apabila mual muntah terjadi terus menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat, dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Sehingga oksidasi lemak tidak sempurna, dan terjadi ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida dan aseton darah.Mual dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Dehidrasi juga menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang.
Selain terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, terjadi pula robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma molarry-weiss) yang berakibat perdarahan gastrointestinal (Mansjoer,2000).
Tingkatan dan Gejala Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum terbagi menjadi tiga (3) tingkatan, yaitu- Hiperemesis gravidarum tingkat I
- Hiperemesis gravidarum tingkat II
- Hiperemesis gravidarum tingkat III
Hiperemesis gravidarum tingkat I
Hiperemesis gravidarum tingkat I mempunyai gejala seperti: lemah, nafsu makan menurun; berat badan menurun; nyeri epigastrium; penurunan tekanan darah sistolik; lidah kering; turgor kulit kurang; dan mata cekung.Hiperemesis gravidarum tingkat II
Hiperemesis gravidarum tingkat II mempunyai gejala seperti: mual muntah hebat; keadaan umum lemah; apatis; nadi cepat dan kecil; lidah kering dan kotor; suhu badan meningkat (dehidrasi); mata cekung dan ikterik ringan; oliguria dan konstipasi; nafas bau aseton dan aseton dalam urin.Hiperemesis gravidarum tingkat III
Hiperemesis gravidarum tingkat III mempunyai gejala seperti: keadaan umum jelek; mual muntah berhenti; kesadaran menurun (somnolen hingga koma); nadi kecil, cepat dan halus; suhu badan meningkat; dehidrasi hebat; tekanan darah turun sekali; ikterus dan terjadi komplikasi fatal ensefalopati Wernicke (nistagmus, diplopia, perubahan mental).Komplikasi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan pada organ tubuh, diantaranya kelainan organ hepar, jantung, otak dan ginjal. Adapun kelainan organ pada hepar menyebabkan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis; pada jantung menyebabkan jantung atrofi, kecil dan biasa; pada otak menyebabkan perdarahan bercak dan pada ginjal menyebabkan pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontroli.Penanganan Hiperemesis Gravidarum
- Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang kehamilan muda yang disertai dengan emesis gravidarum;
- Anjurkan ibu hamil tidak segera bangun dari tempat tidur agar terjadi adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat;
- Nasehatkan tentang diit ibu hamil: makan porsi sedikit tapi sering, menghindari makanan yang merangsang muntah;
- Pemberian obat-obatan ringan seperti: sedatif, vitamin, anti emetik, anti histamin;
- Dukungan psikologis berupa: menghilangkan rasa takut, mengurangi pekerjaan, menghilangkan masalah dan konflik;
- Perawatan di rumah sakit meliputi: isolasi sampai mual muntah berkurang; penambahan cairan (glukosa 5% 2-3 liter dalam 24 jam, pemberian kalium dan vitamin apabila diperlukan); terminasi kehamilan apabila kondisi memburuk.
- Pemeriksaan laboratorium berupa: analisis urun, kultur urin; darah rutin; fungsi hati (SGOT, SGPT, alkaline fostase); pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH); Na, Cl, K, glukosa, kreatinin, asam urat; serta USG untuk menghindari kehamilan mola.
Referensi
Ayu, Ida. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC. Hlm 41-53.Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 39-40.
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 195-197.
Anonim. 2006. Hyperemesis Gravidarum. americanpregnancy.org/pregnancyhealth/hyperemesisgravidarum.html Diunduh 2 Desember 2012, Pukul 22.20 WIB.
Meti, 2010. Asuhan Keperawatan pada Ny. W dengan Hiperemesis Gravidarum di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. meti-de0rentz.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-pada-ny-w-dengan.html Diunduh 2 Desember 2012, Pukul 22.17 WIB.
Rahmawati, Nur. 2012. Makalah Journal Reading. Hiperemesis Gravidarum mhs.blog.ui.ac.id/aryanti.wardiyah/wp-content/blogs.dir/14235/files/2012/03/Stigma-pada-Hiperemesis-Gravidarum.pdf Diunduh 2 Desember 2012, Pukul 20.47 WIB.
Image, rightatrium.tumblr.com.
Konsep Dasar
Hiperemesis Gravidarum
by Aprisal Darwis | 2/27/2014
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan
pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini
kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. (Wikinjosastro Hanifah, 2002)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk karena dehidrasi. (Rustam Mochtar,1998)
Mual (nausea) dan muntah(emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering kedapatan pada trisemester I.Nausea dan muntah terjadi pada
60% sampai 80% wanita hamil.Perasaan mual ini disebabkan oleh karena
meningkatnya kadar hormone estrogen dan HCG dalam serum.Pengaruh
fisiologik kenaikan hormone ini belum jelas, mungkin karena system saraf
pusat atau pengosongan lambung yang kurang.Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan keadaan ini,meskipun demikian gejala mual dan muntah
yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.Pekerjaan sehari-hari
menjadi terganggu dan keadaan umumnya menjadi buruk.Keadaan inilah yang
disebut hiperemesis gravidarum.1 sampai 200 atau 1 sampai 300
membutuhkan terapi hidrasi parental..
B. Etiologi
Penyebab hiperemesis grafidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan karena toksik,juga tidak ditemukan
kelainan secara kimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung,
hati dan sumsum saraf, disebabkan oleh kekurangan vitaminserta zat-zat
lainakibat inanisi.
Beberapa faktor predisposisidan faktor lain yang telah ditemukanoleh
beberapa penulis sebagai berikut:
Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigrafida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola
hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa fakor hormon
memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik
gonadotropin dibentuk berlebihan.
Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak,
juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
zat Fe: efek samping Fe bisa menyebabkan mual atau muntah.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)
C. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogrn, yang
terjadi pada trimester pertama.hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin
berasal mungkin berasaldari sistm saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pad
hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka
maka dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hiepremesis gravidarum ini dapat mengakibatkan dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi.Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidrosi butirik dan
aseton dalam darah.Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan
karena muntah menyebabkan dehidrasi,sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang.Natrium dan khorida darah turun, demikian pula khorida
air kemih.Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang.Hal ini menyebabkan jumah zat makanan
dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolic
yang toksik.Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang
lebih banyak,dapat merusak hati dan terjadinya lingkaran setan yang
sulit dipatahkan.Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan
lambung(sindrom Mallory-Weiss)dengan akibat perdarahan GI.Pada umumnya
robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.Jarang sampai
diperlukan transfuse atau tindakan operatif.
D. Manifestasi Klinis
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi
dalam 3 tingkat:
Tingkatan I :
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
Ibu merasa lemah,
Nafsu makan tidak ada,
Berat badan menurun dan
Merasa nyeri pada epigastrium
Nadi meningkat sekitar 100 permenit,
Tekanan darah sistolik menurun,
Turgor kulit mengurang,
Lidah mengering
Mata cekung.
Tingkatan II :
Penderita tampak lebih lemah dan apatis,
Turgor kulit lebih mengurang,
Lidah mengering dan tampak kotor,
Nadi kecil dan cepat,
Suhu kadang-kadang naik
Mata sedikit ikterus.
Berat badan turun
Mata menjadi cekung,
Tensi turun,
Hemokonsentrasi,
Oliguria
Konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
Tingkatan III :
Keadaan umum lebih parah , muntah berhenti,
Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,
Nadi kecil dan cepat;
Suhu meningkat
Tensi menurun.
Komplikasi terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensefalopati. Wernicke, dengan gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan
mental. Keadaan ini adalah akibat kekurangan zat makanan, termasuk
vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)
E. Pengeluaran Cairan Tubuh Harian
Pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (insensible fluid loss). Variasi
asupan cairan harus hati-hati disesuaikan dengan pengeluaran cairan
harian. Beberapa pengeluaran cairan tidak dapat diatur dengan tepat.
Sebagai contoh, ada pengeluaran cairan yang berlangsung terus menerus
melalui evaporasi dari traktus respiratorius dan difusi melalui kulit,
yang keduanya mengeluarkan cairan sekitar 700 ml/hari pada keadaan
normal. Hal ini lah yang disebut insibie water loss karena kita tidak
menyadarinya, walupun terjadi terus menerus pada mahluk hidup.
Asupan dan pengeluaran cairan harian (dalam ml/hari)
Normal
Asupan
Cairan dari makanan
Dari metabolisme
Asupan total
2100
200
2300
Keluaran
Insensible kulit
Insensible paru
Keringat
Feses
Urin
350
350
100
100
1400
Total pengeluaran
2300
Kehilangan cairan lewat keringat.
Jumlah cairan yang hilang melalui keringat sangat bervariasi, bergantung
pada aktivitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal hanya
sekitar 100 ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan
berat, kehilangan cairan kadang-kadang meningkat sampai 1-2 L/jam. Hal
ini akan dengan cepat mengurangi volume cairan tubuh jika asupan tidak
ditingkatkan.
Kehilangan cairan lewat feses.
Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melalui feses (100
ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada
penderita diare.
Kehilangan cairan lewat ginjal.
Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam urin yang diekskresikan
lewat ginjal. Ada mekanisme multiple yang mengendalikan kecepatan
ekskresi urin. Cara paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran cairan seperti juga
keseimbangan antara asupan dan keluaran hamper semua elektrolit dalam
tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresikan
zat-zat ini.
F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukesi tentang
kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan factor psikis, rasa
takut juga tentang diet ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak,
tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering, jangan tiba-tiba
berdiri waktu bangun pagi,karena akan terasa goyang, mual/ muntah.
Defekasi hendaknya diusahakan teratur.
2. Terapi obat menggunakan sedative (luminal, stesolid); vitamin
(B1 dan B2) anti muntah (mediamer B6, drammamin, avomin, torecan),
antasida dan anti mulas.
Farmakologi:
Factor pemberian:
B1: mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot dan jaringan GI,
meningkatkan pertumbukan dan perbaikan sel.
B6: membantu dalam sintesa lemak, dalam pembentukan sel darah merah.
B12: mengatur sintesa SDM dan mengatur perkembangan sel-sel saraf
fetus.
3. hiperemesis gravidarum tingkat I dan III haris rawat inap di RS.
o Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di RS saja telah
banyak mengurangi mual muntahnya.
o Isolasi: jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan
dokter saja yang boleh masuk, kadang kala hal ini saja tanpa pengobatan
khusus telah mengurangi mual muntah.
o Terapi psikologik: berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu
hal tang wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan
khawatir, cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan
sosial ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.
o Penambahan cairan.Berikan infuse dekstrosa atau glukosa 5% sebanyak
2-3 liter dalam 24 jam.
o Berikan obat-obatan seperti telah dikemukakan diatas
o Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat
memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu aboertus
buatan.
G. Komplikasi
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
esenfalopati warnickle dan gejala nistagmus diplopia dan perubahan
mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah
hati.
Referensi
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan.
Jakarta ; EGC
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi.
Jakarta ; EGC
Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta ; EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta ; EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta ; Arcan
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Read more:
http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-hiperemesis-gravidarum.html#ixzz36IOjx22c
Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-hiperemesis-gravidarum.html
Thanks for Your visit
Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-hiperemesis-gravidarum.html
Thanks for Your visit
Konsep Dasar Persalinan
by Aprisal Darwis | 2/17/2014
A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan
janinnya melaui jalan lahir. (Moore, 2001)
Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi
yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada
saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya
dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam
(Mayles, 1996)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus ke dunia luar. (Prawirohardjo, 2002)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2002)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
B. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Penurunan Kadar Progesteron
progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Sebaliknya
estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen didalam darah, tetapi
pada akhir kehamilan atau 1-2 minggu sebelum partus terjadi penurunan
pada progesteron sehingga timbul his.
Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
Keregangan Otot-Otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya
teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar supra renal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan, oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari
biasa
Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 sampai aterm
terus meningkat. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin
dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
C. Tahap Persalinan
a. Kala I
Didefinisikan sebagai permulaan persalinan yang sebenarnya. Dibuktikan
dengan perubahan serviks yang cepat dan diakhiri dengan dilatasi serviks
yang komplit (10 cm), hal ini dikenal juga sebagai tahap dilatasi
serviks.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk
multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.
1. Fase laten
Dimulai dari puncak kontraksi yang regular sampai 3 cm dilatasi.
Kontraksi terjadi setiap 10-20 menit dan berakhir 15-20 detik. Dimana
pembukaan serviks berlangsung lambat, berlangsung dalam 7 -8 jam
2. Fase aktif
Berlangsung mulai dari kemajuan aktif sampai dilatasi lengkap terjadi.
Secara umum dari pembukaan 4 cm (akhir dari fase laten) sampai 10 cm
atau dilatasi akhir kala I dan berlangsung selama 6 jam.
Fase aktif dibagi kedalam 3 fase :
a. Akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
b. Dilatasi maksimal/kemajuan maksimal : selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
c. Deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9
sampai 10 cm atau lengkap
b. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya
bayi.
Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit, dan multigravida 30 menit
Gejala utama kala II :
1. His terkoordinir, kuat, cepat (2-3 menit sekali)
2. Kepala janin di dasar panggul
3. Merasa mau BAB
4. Anus membuka
5. Vulva membuka
6. Perineum menonjol
7. PD pembukaan lengkap
c. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta yaitu :
1. Semburan darah
2. Pemanjangan tali pusat
3. Perubahan bentuk uterus : dari diksoid menjadi bentuk bundar
(globular)
4. Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik di dalam abdomen.
d. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum,
untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum.
D. Tujuan Asuhan Persalinan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai
pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek
sayang ibu dan sayang bayi. Banyak penyulit atau komplikasi yang
mengakibatkan kematian ibu dan bayi dapat dihindarkan jika persalinan
dikelola dengan baik. Semua kelahiran harus selalu dihadiri oleh petugas
yang terlatih serta kompeten dengan secara cepat mendiagnosa dan
menangani penyulit.
Pendekatan komprehensif merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
persalinan dan bayi baru lahir.
Lima benang merah dalam asuhan persalinan :
1. Membuat keputusan klinik
Pengumpulan data
Diagnosis kerja
Penatalaksanaan klinik
Evaluasi hasil implementasi tatalaksana
2. Asuhan sayang ibu dan bayi
Persalinan merupakan peristiwa alami
Sebagian besar persalinan umumnya akan berlangsung normal
Pertolongan memfasilitasi proses persalinan
Tidak asing, bersahabat, rasa saling percaya, tahu dan siap membantu
kebutuhan klien, memberi dukungan moril, dan kerjasama semua pihak
(penolong-klien-keluar)
3. Pencegahan infeksi
Kewaspadaan standar
Mencegah terjadinya dan transmisi penyakit
Proses pencegahan infeksi instrumen dan aplikasinya dalam pelayanan
Barier protektif
Budaya bersih dan lingkungan yang aman
4. Rekam medik (Dokumentasi)
Kelengkapan status klien
Anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan
uji atau penapisan tambahan lainnya
Partograf sebagai instrumen membuat keputusan dan dokumentasi klien
Kesesuaian kondisi klien dan prosedur klinik terpilih
Upaya dan tatalaksana rujukan yang diperlukan
5. Sistem rujukan efektif
Alasan keperluan rujukan
Jenis rujukan (darurat atau optimal)
Tatalaksana rujukan
Upaya yang dilakukan selama merujuk
Jaringan pelayanan dan pendidikan
Menggunakan sistem umum dan sistem internal rujukan kesehatan
Sebagai bidan, klien akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan
pengambilan keputusan yang kita lakukan untuk :
Mendukung ibu dan keluarganya secara fisik dan emosional selama
persalinan dan kelahiran
Membuat diagnosa, menangani komplikasi-komplikasi dengan cara
pemantauan ketat dan deteksi dini selama persalinan dan kelahiran
Merujuk ibu untuk mendapatkan asuhan spesialis jika perlu
Memberikan asuhan yang akurat kepada ibu, dengan intervensi minimal,
sesuai dengan tahap persalinannya
Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi
yang aman
Selalu memberitahukan pada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan,
adanya penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan dalam persalinan
Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir
Membantu ibu dengan pemberian asi dini
E. Tanda-tanda Persalinan
a. Tanda Persalinan Sudah Dekat
1. Adanya Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul. Gambaran Lightening
pada primigravida menunjukkan hubungan antara ketiga P, yaitu ; power
(kekuatan his), passage (jalan lahir normal), passanger (janinnya dan
plasenta).
2. Terjadinya his permulaan (his palsu)
Sifat his permulaan (his palsu) :
a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b. Datangnya tidak teratur
c. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d. Durasinya pendek
e. Tidak bertambah bila beraktifitas
b. Tanda Persalinan
1. Penipisan dan pembukaan serviks ( Effacement dan Dilatasi serviks )
Effacement serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap
pertama persalinan. Serviks yang dalam kondisi normal memiliki panjang 2
sampai 3 cm dan tebal sekitar 1 cm, terangkat ke atas karena terjadi
pemendekan gabungan otot uterus selama penipisan segmen bawah rahim pada
tahap akhir persalinan. Hal ini menyebabkan bagian ujung serviks yang
tipis saja yang dapat diraba setelah effacement lengkap. Pada kehamilan
aterm pertama, effacement biasanya terjadi lebih dahulu dari pada
dilatasi.. Pada kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cenderung
bersamaan. Tingkat effacement dinyatakan dalam persentase dari 0% sampai
100%. Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran muara dan
saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat
dari sekitar 1 cm sampai dilatasi lengkap (sekitar 10 cm) supaya janin
aterm dapat dilahirkan. Apabila dilatasi serviks lengkap, serviks tidak
lagi dapat di raba. Dilatasi serviks lengkap menandai akhir tahap
pertama persalinan
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit)
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus
involunter, yang disebut kekuatan primer, menandai dimulainya
persalinan. Kekuatan primer membuat serviks menipis, berdilatasi dan
janin turun. Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul,
sifat kontraksi berubah, yakin bersifat mendorong keluar. Kekuatan
sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi
serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar
dari uterus dan vagina
3. Keluarnya lendir bercampur darah (Show) melalui vagina.
Sumbatan mukus, yang di buat oleh sekresi servikal dari proliferasi
kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan, berperan sebagai barrier
protektif dan menutup kanal servikal pada awal kehamilan. Blood show
adalah pengeluaran dari mukus plug tersebut. Blood show merupakan tanda
dari persalinan yang sudah dekat, yang biasanya terjadi dalam jangka
waktu 24-48 jam terakhir, asalkan belum dilakukan pemeriksaan vaginal
dalam 48 jam sebelumnya karena pemecahan mukus darah selama waktu
tersebut mungkin hanya efek trauma minor atau pecahnya mukus plug selama
pemeriksaan. Normalnya, darah yang keluar hanya beberapa tetes,
perdarahan yang lebih banyak menunjukan penyebab yang abnormal.
Referensi
Departemen Kesehatan RI, (2007), Asuhan Persalinan Normal
Benett, V.R. (1996). Myles textbook for midwives 12th edition.
United Kingdom : Churchill Livingstone, 1996
Farrer, Helen, (1999), Perawatan maternitas, Jakarta: EGC
Manuaba, Ida bagus Gde, (1998), Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan,
& Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi
Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi 2, Jakarta : EGC
Moore, Hacker, (2001), Esensial Obstetri & Ginekologi, Jakarta :
Hipokrates.
Prawirohardjo, Sarwono, (2002), Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP
Saifuddin,dkk, (2001), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal & Neonatal, Jakarta : JNPKKR
Sastrawinata, Sulaiman, Prof, (1983), Obstetri Fisiologi, Bandung:
FK UNP
Read more:
http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-persalinan.html#ixzz36IOZsuiE
Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-persalinan.html
Thanks for Your visit
Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2014/02/konsep-dasar-persalinan.html
Thanks for Your visit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar